Viral! Kepsek SMAN 1 Cimarga Tampar Siswa yang Ketahuan Merokok

KabarKabari,- Kasus dugaan penamparan siswa oleh Kepala Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 1 Cimarga, Kabupaten Lebak, Banten, tengah menjadi sorotan publik. Sosok kepala sekolah bernama Dini Fitri kini menjadi perhatian setelah videonya viral di media sosial karena diduga menampar salah satu siswanya yang kedapatan merokok di lingkungan sekolah.

Peristiwa ini bermula dari kegiatan rutin sekolah bertajuk “Jumat Bersih”, yang biasanya bertujuan untuk menanamkan nilai kepedulian terhadap kebersihan di kalangan siswa. Namun, suasana yang seharusnya berjalan tertib berubah menjadi panas setelah seorang siswa diketahui tidak mengikuti kegiatan tersebut dan malah kedapatan merokok di area kantin sekolah.

Tindakan spontan kepala sekolah untuk menegur dan mendisiplinkan siswa justru berujung panjang. Ia kini dinonaktifkan dari jabatannya, sementara orang tua siswa yang ditampar telah melaporkan kasus ini ke pihak kepolisian.


1. Kronologi Kejadian: Dari Teguran Hingga Kontak Fisik

Menurut keterangan Plt Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Kadindikbud) Provinsi Banten, Lukman, peristiwa itu terjadi ketika Dini Fitri tengah melakukan pemantauan kegiatan Jumat Bersih. Saat berkeliling, ia menemukan seorang siswa yang sedang merokok di belakang sekolah.

“Awalnya siswa itu ketahuan merokok di belakang sekolah. Kepala sekolah kemudian menegur dan mengingatkan,” jelas Lukman, dikutip Selasa (14/10).

Namun, dalam proses teguran tersebut, Dini Fitri diduga mengeluarkan kata-kata keras dan bahkan melakukan kontak fisik terhadap siswa tersebut. “Mungkin bahasanya agak keras. Itu bisa jadi karena spontanitas atau kebiasaan cara bicara. Tapi kami masih melakukan klarifikasi,” tambahnya.

Teguran tersebut rupanya direkam oleh salah satu siswa, kemudian videonya tersebar di media sosial hingga menjadi viral. Warganet terbelah antara pihak yang mendukung tindakan disiplin kepala sekolah dan yang menilai tindakannya berlebihan.


2. Pengakuan Dini Fitri: “Saya Tidak Memukul Keras”

Setelah menjadi viral dan ramai diperbincangkan, Dini Fitri akhirnya buka suara terkait tuduhan penamparan terhadap siswanya. Ia mengakui bahwa dirinya menegur siswa tersebut dengan nada tinggi karena kecewa dengan perilakunya.

“Saya spontan menegur dengan keras, bahkan sempat memukul pelan karena menahan emosi. Tapi saya tegaskan, tidak ada pemukulan keras,” ujar Dini saat diwawancarai wartawan, Selasa (14/10).

Dini mengungkapkan bahwa kemarahannya bukan semata-mata karena siswa tersebut merokok, tetapi karena berbohong saat ditegur. “Saya tanya, ‘Kamu merokok?’ Dia jawab, ‘Nggak, Bu.’ Tapi saya lihat puntung rokoknya ada di sekitar situ. Yang membuat saya marah itu karena dia berbohong,” ungkapnya.

Menurut Dini, ia hanya bermaksud memberikan pelajaran agar siswa tidak mengulangi perbuatannya. “Saya ini ingin anak-anak disiplin dan jujur. Kalau sudah berbuat salah, seharusnya mengaku, bukan malah berbohong,” tambahnya dengan nada sedih.


3. Laporan Polisi dari Orang Tua Siswa

Tindakan kepala sekolah tersebut rupanya tidak diterima dengan baik oleh orang tua siswa yang bersangkutan. Mereka merasa bahwa tindakan fisik tidak sepatutnya dilakukan di lingkungan pendidikan, apalagi oleh seorang pendidik.

Pihak keluarga kemudian melaporkan Dini Fitri ke Polres Lebak. Hal ini dibenarkan oleh Kanit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Satreskrim Polres Lebak, Ipda Limbong.

“Sudah (dilaporkan), itu sudah ramai juga,” kata Ipda Limbong kepada wartawan, Selasa (14/10).

Menurutnya, laporan tersebut dibuat pada Jumat (10/10). Polisi kini sedang memproses kasus itu dengan melakukan penyelidikan dan memanggil sejumlah saksi untuk dimintai keterangan.

“Laporannya terkait dugaan penamparan oleh kepala sekolah. Kami sedang mengumpulkan fakta-fakta di lapangan dengan memanggil para pihak dan saksi yang mengetahui kejadian tersebut agar hasilnya berimbang,” jelasnya.


4. Kepala Sekolah Dinonaktifkan Sementara

Imbas dari laporan polisi dan viralnya peristiwa tersebut, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Banten akhirnya mengambil langkah tegas dengan menonaktifkan Dini Fitri dari jabatannya sebagai kepala sekolah.

“Kami sudah melakukan langkah administratif sementara. Kepala sekolah yang bersangkutan dinonaktifkan sambil menunggu hasil penyelidikan dan pemeriksaan lebih lanjut,” ungkap Kadindikbud Lukman.

Ia menegaskan bahwa tindakan itu diambil bukan untuk menghukum, tetapi demi menjaga kondusivitas di lingkungan sekolah. “Kami ingin situasi belajar mengajar tetap kondusif dan tidak terganggu oleh polemik yang sedang terjadi,” tambahnya.


5. Pro dan Kontra di Masyarakat

Kasus ini memunculkan pro dan kontra di masyarakat. Sebagian pihak menilai tindakan kepala sekolah masih dalam batas kewajaran karena dilakukan untuk mendisiplinkan siswa yang melakukan pelanggaran.

Banyak warganet di media sosial menulis komentar mendukung Dini Fitri. “Kalau anak saya merokok di sekolah, saya juga marah. Kepala sekolah menegur itu wajar,” tulis seorang pengguna Facebook.

Namun, tak sedikit pula yang menilai bahwa tindakan fisik tetap tidak bisa dibenarkan, apapun alasannya. “Guru boleh marah, tapi jangan sampai melakukan kekerasan fisik. Itu melanggar etika pendidikan,” tulis pengguna lain di platform X (Twitter).


6. Pelajaran Penting: Antara Disiplin dan Etika Pendidikan

Kasus SMAN 1 Cimarga ini menjadi pelajaran penting bagi dunia pendidikan, terutama dalam menegakkan kedisiplinan tanpa melanggar batas profesionalisme.

Pakar pendidikan menilai bahwa kepala sekolah maupun guru memiliki tanggung jawab besar untuk mendidik, bukan menghukum secara fisik. Namun di sisi lain, siswa juga perlu menumbuhkan kesadaran diri untuk menaati peraturan sekolah dan bersikap jujur saat melakukan kesalahan.

Pendekatan disiplin di sekolah seharusnya dilakukan dengan komunikasi yang tegas namun empatik, bukan dengan kekerasan. Sebaliknya, orang tua juga diharapkan turut berperan dalam membentuk karakter anak agar menghormati guru dan menjauhi kebiasaan negatif seperti merokok.

Semoga ke depan, seluruh pihak — baik pendidik, siswa, maupun orang tua — dapat saling memahami dan bekerja sama dalam menciptakan lingkungan belajar yang aman, beretika, dan berkarakter.

More From Author

Kecelakaan Sirkuit Mandalika, Marc Marquez Bakal Absen hingga Seri Ke-21

Gilaa!! Remaja 16thn Bunuh dan Rudapaksa Bocah 11thn

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Subscribe to Our Newsletter

Pantau dan Ikuti terus berita terbaru dan terupdate dari kami setiap harinya.
Pasti Baru - Pasti Terbaik - Yang Pasti2 Aja