Jejak Radioaktif Cikande: Berasal dari Filipina, Bagaimana Bisa ?

KabarKabari,- Kasus pencemaran zat radioaktif Cesium-137 di kawasan industri Cikande, Kabupaten Serang, Banten, kembali menjadi sorotan nasional. Wakil Ketua MPR RI Eddy Soeparno mengungkapkan bahwa sumber paparan radioaktif tersebut diduga berasal dari impor besi baja dari Filipina. Temuan ini menimbulkan kekhawatiran serius terhadap lemahnya sistem pengawasan barang impor yang masuk ke Indonesia.

Dalam pernyataannya di kompleks parlemen Senayan, Jakarta Pusat, Senin (13/10/2025), Eddy menegaskan bahwa insiden ini menjadi peringatan keras bagi pemerintah agar memperkuat sistem pengawasan lintas sektor, terutama untuk barang-barang industri yang berasal dari luar negeri.

“Kami sudah menyampaikan sejak awal, pengawasan terhadap barang impor harus diperketat. Kasus radioaktif di Cikande ini menunjukkan adanya celah dalam sistem kita. Indikasinya kuat, cemaran itu berasal dari baja impor, kalau tidak salah dari Filipina,” ujar Eddy Soeparno, yang juga menjabat sebagai Wakil Ketua Umum PAN.


Lemahnya Pengawasan Impor Jadi Sorotan

Menurut Eddy, industri dalam negeri saat ini masih sangat bergantung pada bahan baku impor, termasuk sektor baja dan logam berat. Ketergantungan tersebut, kata dia, seharusnya diimbangi dengan pengawasan yang komprehensif agar bahan berbahaya tidak masuk ke rantai produksi nasional.

“Banyak industri di Indonesia yang masih bergantung pada bahan baku dari luar negeri. Karena itu, semua pintu masuk impor harus diawasi dengan ketat. Radioaktif bukan perkara sepele — dampaknya bisa panjang terhadap kesehatan masyarakat,” tegas anggota Komisi VII DPR RI tersebut.

Eddy juga menyoroti dampak jangka panjang Cesium-137 terhadap masyarakat dan reputasi industri nasional. Menurutnya, jika tidak segera ditangani dengan transparan dan profesional, kepercayaan dunia internasional terhadap produk ekspor Indonesia dapat terganggu.

“Masalah ini bukan hanya tentang kesehatan publik, tapi juga menyangkut citra Indonesia di mata mitra dagang global. Kita tidak boleh abai,” katanya.


Filipina Turun Tangan: Siapkan Investigasi Sumber Kontainer

Menanggapi isu tersebut, otoritas Filipina menyatakan akan melakukan penyelidikan menyeluruh terkait asal kontainer berisi bubuk seng yang diduga terkontaminasi Cesium-137 dan berdampak pada sembilan orang di Indonesia.

Menteri Sains dan Teknologi Filipina Renato Solidum Jr. mengatakan bahwa pemerintahnya telah melacak pengiriman yang dilakukan oleh sebuah perusahaan dagang asal China yang berbasis di Filipina. Ia memastikan bahwa kontainer terkait akan dikembalikan dan diperiksa begitu tiba kembali di negaranya.

“Kemungkinan besar ini kasus kontaminasi terisolasi dan tidak menimbulkan bahaya meluas bagi masyarakat umum,” ujar Solidum dalam keterangan resminya kepada The Straits Times pada Sabtu (18/10/2025).

“Tidak ada radiasi yang terdeteksi di bagian luar kontainer. Kami pastikan awak kapal aman. Setibanya nanti di Filipina, kontainer akan segera diperiksa dan dipindahkan ke gudang penyimpanan khusus,” tambahnya.


Imbas Global: Indonesia Hentikan Sementara Impor Besi Tua

Kasus ini berbuntut panjang. Pemerintah Indonesia disebut telah menghentikan impor besi tua sejak pekan lalu sebagai langkah pencegahan. Keputusan ini diambil setelah Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) menemukan jejak Cesium-137 dalam produk ekspor asal Indonesia, seperti udang beku dan cengkeh, pada Agustus lalu.

Temuan FDA tersebut memicu kekhawatiran bahwa kontaminasi radioaktif telah masuk ke rantai pasok industri melalui bahan baku logam yang tidak terdeteksi sebelumnya. Meskipun kadar radioaktif yang ditemukan tergolong rendah, para ahli memperingatkan potensi risikonya terhadap kesehatan manusia.

Menurut US Centres for Disease Control and Prevention (CDC), paparan Cesium-137 dalam jangka panjang dapat meningkatkan risiko kanker, terutama karena sifat isotop ini yang mudah menyebar di udara dan menempel pada partikel debu.


Desakan Evaluasi dan Transparansi

Sejumlah pengamat energi dan lingkungan menilai kasus Cikande harus menjadi momentum bagi pemerintah untuk melakukan audit total terhadap pengawasan impor bahan industri berisiko tinggi. Selain itu, Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) dan Badan Pengawas Tenaga Nuklir (Bapeten) didorong untuk mempercepat investigasi serta mengumumkan hasilnya secara terbuka kepada publik.

Langkah cepat pemerintah dalam menghentikan impor besi tua dinilai tepat, namun pengawasan lanjutan di tingkat pelabuhan dan kawasan industri perlu diperkuat. Pemerintah juga diminta bekerja sama dengan pihak Filipina dan lembaga internasional untuk menelusuri sumber kontaminasi secara ilmiah.


Alarm Bahaya di Tengah Arus Globalisasi Industri

Kasus pencemaran Cesium-137 di Cikande menunjukkan betapa rentannya sistem pengawasan bahan impor Indonesia di tengah derasnya arus globalisasi industri. Meskipun Filipina berkomitmen menyelidiki sumber pengiriman, dan Indonesia telah mengambil langkah pencegahan, insiden ini menjadi pengingat bahwa keamanan industri tidak boleh dikompromikan demi efisiensi produksi.

Dengan potensi dampak terhadap kesehatan masyarakat, reputasi ekspor, dan lingkungan, kasus ini seharusnya menjadi momentum untuk memperkuat kolaborasi lintas negara dalam mencegah penyebaran bahan radioaktif di jalur perdagangan internasional.

More From Author

Konten Kreator Stevansyoung Didatangi Banser Jember Karena Konten Menyinggung

Waspadai Purin, Penyebab Penyakit Fatal di Usia Muda!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Subscribe to Our Newsletter

Pantau dan Ikuti terus berita terbaru dan terupdate dari kami setiap harinya.
Pasti Baru - Pasti Terbaik - Yang Pasti2 Aja